Menghindari Jebakan Money Game

Posting Komentar
Membedakan antara money game dan bisnis legal gampang-gampang susah. Masalahnya adalah kadang-kadang bisnis legal pun bisa dibuat menjadi money game hanya dengan sebuah trik sederhana. Ilustrasi paling gampang dicontohkan dalam studi kasus berikut:

Misalnya sebotol air mineral dalam kemasan botol 500ml, ~untuk mudahnya kita sebut saja AQUA~ dijual eceran di toko “A” seharga Rp.1000. Kita tahu harga dari pabrik atau harga grosir pasti kurang dari Rp.1000, katakan saja Rp.800 yg mana Rp.200 adalah margin toko “A” (laba + biaya operasional).
Kita bisa juga membeli AQUA tsb dari toko “B”, seharga Rp.1000. Tapi bedanya jika kita nanti mereferensikan orang untuk membeli AQUA ke toko “B” tsb kita mendapat fee dari toko “B” senilai Rp.100.
Lho darimana toko “B” bisa membayar fee kita? Rupanya toko “B” tidak punya showroom, mereka cukup simpan barang di gudang sehingga biaya operasional toko bisa ditekan. Alhasil dari modal Rp.800 tsb, toko “B” bisa berbagi margin,  Rp.100 untuk mereka dan Rp.100 untuk kita sebagai pemberi referensi.

——–

Sebentar… apakah harga AQUA Rp.1000 tsb murah? Jawabannya relatif… yg jelas, pasaran untuk air mineral dalam botol 500ml memang berkisar di harga tsb. Dimanapun anda membelinya, jadi kita bisa simpulkan harga tsb harga wajar. Sebab jika kita merebus sendiri air sebanyak 500ml mungkin biayanya cukup Rp.200… jadi ukuran sebuah bisnis tsb legal atau money game bukan semata2 dari harga produk. Yg jelas kita tahu, baik toko “A” maupun toko “B” menjual AQUA dengan harga wajar (Rp.1000) dan dalam praktik bisnis legal.
——–
Sekarang ada toko “C” dia mungkin saja mengambil AQUA dari toko “A” ataupun dari toko “B”. Cuma kali ini toko “C” sangat kreatif… dia membuat tulisan besar2 di depan tokonya “CUKUP DENGAN RP.100 (ya Seratus Perak) ANDA BISA DAPAT 1 BOTOL AQUA” …. banyak orang tertarik untuk membelinya… pikiran orang2 yg membaca tulisan tsb… “gila… murah benar, hanya dengan Rp.100 saya bisa dapat AQUA, sementara di toko “A” atau “C” saya harus keluar uang Rp.1000 untuk dapat AQUA yang sama” …..
…tapi….
ternyata ada syarat dan ketentuan berlaku yg ditulis kecil…”anda bisa membeli AQUA seharga Rp.100 dengan syarat, anda mengajak minimal 10 orang untuk membeli AQUA di toko “C”  ….. nah mulai jelas kan arahnya??
Sekarang misalnya katakanlah Si Polan berhasil mengajak 10 orang temannya untuk membeli AQUA di toko “C”.. maka jelas Si Polan bisa mendapat sebotol AQUA hanya dengan harga Rp.100, sangat MURAH!!!
Tapi orang2 yg diajak di Si Polan, katakanlah Si Polun hanya berhasil mengajak 5 orang, lalu ada si Polin yg hanya berhasil mengajak 9 orang, dst. Apakah si Polun dan si Polin mendapat AQUA dengan uang Rp.100 tadi?? Jelas TIDAK, karena mereka tidak memenuhi syarat dan ketentuan berlaku yaitu mengajak minimal 10 orang… jadi jelas… si Polan menikmati AQUA tsb karena disubsidi oleh si Polun, si Polin, si Polen, dst…. sementara dibawahnya mereka yg tidak berhasil mengajak minimal 10 orang (meski berhasil mengajak 9 orang pun tetap tidak dapat AQUA) tidak dapat apa2. Mungkin Rp.100 uang kecil sehingga mereka bisa dengan cepat melupakan… tapi inilah praktek money game dalam bentuk yg sangat jelas…
Kesimpulannya,
A. Pembeli di Toko “A” jelas tidak rugi membeli AQUA seharga Rp.1000 karena harga wajar/pasaran untuk air mineral dalam kemasan botol 500ml memang segitu, dimanapun kita membelinya.
B. Pembeli di Toko “B” pun tidak rugi karena jelas di Toko “A” pun harga sebotol AQUA adalah Rp.1000. Jadi meskipun dia tidak berhasil mengajak/mereferensikan orang, pembeli di Toko “B” tidak rugi. Sebaliknya jika berhasil mereferensikan orang, si pembeli di Toko “B” malah dapat keuntungan Rp.100.
C. Sedangkan pembeli di Toko “C” jika dia berhasil mengajak/mereferensikan 10 orang maka dia UNTUNG BESAR, bayangkan hanya dengan Rp.100 dia bisa dapatkan AQUA yg di toko lain harus dibeli dengan harga Rp.1000. Sayangnya jika dia tidak berhasil mereferensikan orang, maka dia keluar uang Rp.100 tapi tidak dapat AQUA, dan tidak dapat apa-apa… lalu kemana perginya uang Rp.100 yg dia keluarkan?? Jelas untuk membiayai orang yg mengajaknya… dan jika ternyata orang yg mengajaknya pun tidak bisa mengajak sampai 10 orang, maka orang yg mengajaknya pun tidak dapat AQUA. Lalu kemana perginya uang yg masing2 Rp.100 tsb?? Jelas ke si pemilik toko “C”… yg mendapatkan uang tanpa keluar barang.
Jadi dari kasus ini kita bisa belajar… kadang2 beda bisnis legal dan money game bagaikan rambut dibelah tujuh… sangat tipis :-) sebab bisnis legal pun (kasus di atas tadi, perdangangan AQUA yg adalah legal) bisa terjebak menjadi sebuah money game…
…kita sekarang ada di toko mana?? A, B atau C??? :-)
Untuk itu kita harus terus menggunakan logika dan akal sehat dalam menilai sebuah bisnis. Dan juga tugas kita menyampaikan informasi pencerdasan ini kepada orang2 banyak. Kita tahu salah satu misi Top Leader Melia Nature Indonesia, Ir.Sukur Nababan dengan menjalankan bisnis MNI adalah menyelamatkan rakyat Indonesia dari pembodohan dan menjadi korban dari sistem MLM yg memperdaya anggotanya ataupun dari sistem bisnis yg jelas2 money game…. karena itu beliau mempunyai visi bahwa satu hari sistem MNI akan menjadi sokoguru solusi perekonomian rakyat Indonesia dalam keluar dari kesulitan ekonomi… sebab jelas di MNI tidak ada satu orang pun yg dirugikan.

Related Posts

Posting Komentar